10.14.2010

Mandikan Aku Mama

0 comments

Aku punya seorang sahabat , sebut saja namanya Ita. Ketika masih SMA, aku mengenalnya sebagai seorang yang berotak cemerlang. Setelah lulus dia di kirim untuk melanjutkan sekolah di negeri bunga tulip untuk mempelajari hukum internasional di Universitas Utrecht, sedangkan aku memilih melanjutkan di sebuah perguruan tinggi swasta di luar kota ku. Ita terus mengejar impiannya hingga suatu saat ia mendapatkan seorang suami yang sama sama berprestasi. Bertepatan dengan diangkatnya Ita menjadi staf diplomat dan selesainya suaminya meraih doktor, lahirlah seorang anak laki laki buah cinta mereka, Eka namanya. Ita semakin sibuk dengan pekerjaannya sedangkan Eka baru berumur 6 bulan. Ita sangat sering meninggalkan Eka pergi dari satu kota ke kota lain. Aku pernah bertanya padanya, “bukankah Eka masih terlalu kecil untuk ditinggalkan ?” “Tidak, aku sudah mempersiapkan segalanya dan semua pasti berjalan baik,” jawab Ita. Di bawah perawatan baby sitter dan pengawasan kakek neneknya, Eka tumbuh menjadi anak yang cerdas dan lincah. Kakek neneknya tidak pernah lupa menceritakan kepada Eka akan kehebatan kedua orang tuanya yang telah menjadi kebanggaan bagi mereka semua. Meskipun kedua orang tuanya begitu sibuk, namun Eka bisa memahami kesibukan mereka.

Suatu hari, Eka pernah meminta adik kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya menjelaskan tentang kesibukan mereka yang belum memungkinkan untuk memberikan Eka seorang adik. Kali ini Eka lagi lagi mengerti kondisi orang tuanya. Karena sikap Eka yang begitu pengertian dan seakan akan bersikap dewasa, Ita menyebut “malaikat kecil”. Meskipun kedua orang tuanya sering pulang larut malam, namun Eka selalu bersikap manis dan tidak ngambek.

Pagi yang cerah di hari itu, entah kenapa Eka tidak mau dimandikan oleh baby sitternya, “Eka ingin mama yang mandikan”. Ita yang setiap hari berpacu dengan waktu tentu saja menjadi gusar. Eka mengajukan permohonan yang sama selama kurang lebih seminggu, tetapi Ita dan suaminya tidak begitu peduli. “mungkin dia sedang dalam masa peralihan sehingga ia minta perhatian yang lebih” pikir mereka.

Sampai suatu sore, Ita dikejutkan oleh telepon Ida, sang baby sitter. Ada kepanikan di dalam suaranya, “Bu, Eka sakit demam dan kejang kejang.... sekarang ia di UGD,” Tanpa pikir panjang Ita langsung menuju UGD, tetapi semua sudah terlambat. Tuhan sudah memanggil Eka, malaikat kecil yang lincah, pintar dan pengertian. Saat kejadian, mamanya sedang meresmikan kantor barunya.

Dalam keadaan terpukul, Ita pulang kerumah dan satu satunya yang ia ingin lakukan adalah memandikan malaikat kecilnya Eka. Keinginan untuk memandikan Eka memang tercapai, walau dalam keadaan tubuh yang terbujur kaku. Ia memandikan Eka diiringi deraian air mata dan rintihan pedih, “ini mama sayang..... mama yang mandikan Eka,

Tubuh kecil Eka telah tertimbun tanah, tetapi Ita masih membisu di sana. Ia membiarkan Ita mengucapkan kata kata yang bisa menghibur dirinya sendiri atas kepergian Eka. Hening sejenak, sebelum akhirnya Ita tertunduk, “bangun Eka, mama mau mandikan Eka, berikan mama kesempatan sekali lagi,, Eka........” Rintihan ini begitu menyayat hati, tetapi semua sudah berlalu, penyesalan selalu datang terlambat dan kesempatan yang sama tidak akan pernah terulang.

“Warisan terbesar yang bisa diberikan orang tua kepada anak adalah perhatian”

Nyatakan perhatian dan kasih kepada orang-orang yang kita kasihi, selama masih ada kesempatan. Kita masih bisa membagi waktu untuk bekerja dan berkarier, tetapi orang orang yang kita kasihi tidak selamanya ada bersama kita. Kita tidak pernah tau berapa lama kita akan bisa hidup di dunia ini, semua itu misteri. Berbuat baik dan nyatakanlah kasih selama masih ada kesempatan.

0 comments:

Post a Comment